30 September 2009

PROSPEK KEDEPAN

PROSPEK KEDEPAN
Sesuai dengan perencanaan dan tujuan usaha ini, setelah penggemukan sapi terlaksana usaha akan dikembangkan lebih lanjut dengan penambahan ternak kambing dan budidaya perikanan. Harapannya dusun Mejing Wetan bebas dari peternakan babi dan menjadi kampung wisata agro bisnis terpadu yang akan ditata dengan pengelolaan yang tepat sehingga bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.

PENUTUP
Demikian proposal usaha penggemukan sapi yang akan dilaksanakan oleh kelompok Mekar masyarakat Mejing Wetan Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Besar harapan kami dengan terealisasinya usaha ini menjadi salah satu alternatif solusi yang berdampak positif terutama terhadap masyarakat sasaran dan lingkungan sosial sekitarnya. Bagaimanapun akhirnya kita sendiri yang harus berupaya mencari pemecahan atas persoalan-persoalan yang terjadi sebagaimana pesan Allah SWT dalam Al Qur’an surat Ar Ra’d ayat 11 yang artinya,
”Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum (komunitas masyarakat) selagi mereka tidak berusaha merubahnya sendiri”.
Oleh karena itu kami berharap atas dukungan dan partisipasi atas upaya yang akan kami lakukan ini. Akhirnya atas perhatian, dukungan dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
Contak person:
Agus Prajitno Hp. 08122775455 / Telp.Rumah: 0274-6498304
Susilo Priyono Hp. 081328717464 / Telp.Rumah: 0274-6497394

Transfer: Bank Syariah Mandiri Cabang 030 Yogyakarta
No. Rek. : 0307002134 Atas Nama : Agus Prajitno

27 Agustus 2009

PROPOSAL

PROPOSAL
USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
KELOMPOK TERNAK SAPI “MEKAR” (MENUNGGALING KARSO AMARGI RAHAYU)
DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG KECAMATAN GAMPING
KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA





I. LATAR BELAKANG
Permasalahan lingkungan dan kemasyarakatan yang disebabkan oleh pro kontra terhadap peternakan babi disekitar bantaran sungai Bedok dusun Mejing Wetan desa Ambarketaang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Yogyakarta sudah terjadi sejak lama. Berbagai upaya kelompok masyarakat yang menolak adanya peternakan babi di lingkungannya, selalu berhadapan dengan kelompok masyarakat peternak babi. Alasan utama para peternak babi adalah karena ternak babi yang ada sudah dikelola dilingkungan tersebut sejak lama dan menjadi penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berbagai upaya yang telah dilakukan mulai dari rembug desa sampai protes keras tidak membuahkan hasil karena tidak disertai solusi yang tepat.
Melalui pendekatan dan silaturohim secara terus menerus berkesinambungan kepada warga setempat hampir membuahkan solusi yang konstruktif dengan merubah pengelolaan ternak babi menjadi pengelolaan ternak sapi secara kelompok dibawah pengawasan satu manajemen. Usaha penggemukan sapi merupakan solusi yang tepat untuk merubah peternakan babi, mengingat usaha penggemukan sapi potong memiliki prospek usaha yang bagus dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Kemampuan masyarakat peternak babi menjadi modal dasar dalam pengelolaan ternak sapi potong karena para peternak babi sudah terbiasa mengelola ternak. Modal dasar lain yang mendukung adalah tersedianya limbah pertanian disekitar lingkungan yang cukup untuk bahan pakan sapi. Kondisi alam juga sesuai untuk lokasi usaha peternakan sapi ini.
Usaha penggemukan sapi ini tentunya harus mendapat dukungan semua pihak baik dari masyarakat sekitar, para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para aparatur pemerintah desa sampai ketingkat kabupaten. Dukungan dapat diwujudkan dalam hal kemudahan dalam proses perijinan sampai keikutsertaan dalam pendanaan. Pendanaan dapat berbentuk hibah murni, shodaqoh dan modal usaha. Harapannya seluruh masyarakat sasaran dan lingkungan sekitar serta para aparatur pemerintah terkait berkenan mendukung usaha amal ini.
II. POTENSI USAHA
Usaha ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Disamping menghasilkan produk utama berupa daging juga menghasilkan produk ikutan seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Selama ini sapi potong diperlukan untuk memenuhi kebutuhan daging lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, mencakup pasar lokal maupun perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan pasar akan konsumsi daging, usaha penggemukan sapi potong ini dapat memberdayakan masyarakat lokal dengan memanfaatkan potensi lingkungan. Ketersedian lokasi dan kemauan masyarakat peternak akan dikelola lebih lanjut dengan teknologi dan pembinaan secara tepat sehingga akan bermanfaat untuk memperkuat perekonomian rakyat. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang bertujuan untuk mencapai suatu kondisi peternakan yang tangguh, yang dicirikan dengan kemampuan mensejahterakan para petani peternak dan kemampuannya dalam mendorong pertumbuhan sektor terkait secara keseluruhannya. Pembangunan peternakan diarahkan untuk meningkatkan mutu hasil produksi, meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja serta memberikan kesempatan berusaha bagi masyarakat di pedesaan.
Peternakan yang tangguh memerlukan kerja keras, keuletan dan kemauan yang kuat dari peternak itu sendiri agar mencapai tujuan yang diinginkan. Keberhasilan yang ingin dicapai akan memacu motivasi peternak untuk terus berusaha memelihara ternak sapi secara terus menerus dan bahkan bisa menjadi mata pencaharian utama. Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari, hal ini dapat dilihat dari berkembangnya jumlah kepemilikan ternak, pertumbuhan berat badan ternak dan tambahan pendapatan keluarga. Agar usaha ternak sapi potong menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong melalui berbagai pelatihan dan penyuluhan.


III. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan usaha ini adalah ;
1. Mengembangkan keberdayaan masyarakat sasaran;
2. Menciptakan lapangan kerja alternatif dan baru yang berbasis potensi lokal kerakyatan;
3. Meningkatkan pendapatan / penghasilan masyarakat sasaran;
4. Menggerakkan roda perekonomian daerah;
5. Mengelola lingkungan lokal secara berkelanjutan;
6. Menerapkan perekonomian sektor riel berbasis kerakyatan dengan sistem syariah;
7. Memberikan solusi positif konstruktif kepada para peternak babi yang ingin mengganti kegiatan usahanya menjadi peternakan sapi.

IV. DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI
Dengan usaha kegiatan penggemukan sapi ini diharapkan mempunyai dampak positif berupa:
1. Tergarapnya potensi dan sumber daya lokal untuk dikembangkan menjadi kegiatan usaha yang produktif dan konstruktif;
2. Kestabilan lingkungan sosial dan keamanan karena masyarakat sasaran (anggota) mempunyai lahan ekonomi secara mandiri;
3. Termanfaatkannya limbah pertanian sebagai bahan pakan ternak sapi yang ada disekitar lingkungan usaha;
4. Beralihnya profesi ternak babi menjadi ternak sapi yang lebih aman dan lebih baik untuk para peternak dan lingkungan sekitar.
5. Secara makro, ikut menunjang program terpenuhinya kebutuhan daging dalam negeri dengan pasokan lokal dan meminimalisir impor.

V. STRATEGI DAN TEKNIS PELAKSANAAN
Strategi danTeknis pelaksanaan usaha ini adalah :
A. Sosialisasi
Sebelum Usaha Penggemukan Sapi ini dilakukan maka langkah pertama yang diupayakan adalah melakukan sosialisasi atas kegiatan usaha ini kepada masyarakat sasaran. Hal tersebut dimaksudkan agar kegiatan usaha ini betul-betul dapat diterima masyarakat sehingga mereka akan antusias untuk mendukungnya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam program sosialisasi ini adalah :
1) Menghubungi masyarakat peternak lingkungan usaha sebagai studi kasus untuk mengetahui secara dekat kebutuhan dan harapan mereka.
2) Menghubungi lembaga kemasyarakatan yang ada di masyarakat sasaran, dalam hal ini Kepala Dukuh, BPD, RW, RT, pemuka masyarakat dan tokoh agama. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon mereka dan juga mendapatkan input-input yang dapat mendukung usaha ini serta sesuai dengan kondisi dan harapan masyarakat sasaran.
3) Menghubungi tokoh formal di kecamatan dan desa masyarakat sasaran (Camat, Kepala desa dan perangkatnya). Pada tingkat ini dimaksudkan untuk mencari dukungan terhadap usaha ini.
4) Melakukan pendekatan dengan dinas-dinas terkait, dll.

B. Pelaksanaan
1) Usaha ini dilakukan secara kelompok di bawah pengelolaan satu manajemen.
2) Lokasi/lahan tempat usaha disediakan oleh kelompok peternak dengan sistem sewa dalam jangka waktu yang cukup lama, kontrak/sewa dilakukan setiap 10 tahun sekali dan selanjutnya dilanjutkan kembali.
3) Biaya sewa atas tanah yang digunakanan kegiatan usaha ditanggung oleh peternak secara kelompok.
4) Perkandangan dibuat secara terpadu memenuhi standar ukuran dan kesehatan dengan kelengkapan infrastruktur terdiri dari gudang fermentasi, gudang pakan, ruang pembuangan kotoran padat dan sapiteng untuk penampungan kotoran cair.
5) Pembiayaan pembuatan kandang diusahan berasal dari bantuan yang bersifat hibah murni.
6) Setiap unit kandang untuk satu peternak dengan kapasitas 4 ekor sapi dewasa berukuran 7 meter x 3,5 meter.
7) Setiap anggota kelompok memperoleh 4 ekor sapi jantan dewasa yang akan digemukkan.
8) Sebelum diberikan hewan ternak, anggota diberikan pelatihan oleh pihak manajemen dengan cara pengarahan langsung dan studi lapangan di lokasi-lokasi peternakan sapi yang sudah berhasil, agar anggota peternak memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang baik atas hewan ternaknya dan cara pengolahan pakan sehingga proses penggemukannnya akan dilakukan secara benar.
9) Sapi yang akan digemukkan adalah sapi bakalan jenis Simental cross, Lemosin cross, Brangus cross dan Brahman Cros (sapi hasil persilanga induk jantan Lemosin, Simental, Brangus dan Brahman dengan Sapi betina jenis Anggola lokal) yang memiliki ciri-ciri cepat pertumbuhannya dan lebih tahan terhadap penyakit. Sapi berumur sekitar 1,5 - 3 tahun dengan kondisi sehat dan postur yang baik. Ciri-ciri sapi bakalan yang baik antara lain; mempunyai kerangka yang besar, tulang iga kuwung, pantat tidak lancip, kaki besar dan kuat, kuku papak dan sejajar, mulut berujung papak, pelupuk mata tebal, mempunyai nafsu makan besar, bulu bersinar, bersih. Sapi bakalan tersebut diperoleh dari pasar setempat kemudian diserahkan kepada anggota kelompok untuk digemukkan. Contoh sapi-sapi yang akan diusahakan terlampir.
10) Sapi yang diusahakan diperolah dari investasi murni masyarakat umum dan bantuan dari instansi terkait.
11) Proses penggemukan menurut perhitungan ekonomis dilakukan selama 4-6 bulan dengan sistem kereman (sapi dipelihara dalam kandang individu). Selama masa penggemukan peternak anggota akan disuplai makanan dan suplemen/vitamin hewan ternaknya sebagaimana anggaran.
12) Pakan terdiri dari pakan pokok berupa comboran (katul, dedak, ampas ketela pohon, kulit ketela pohon, ampas tahu, konsentrat, ditambah dengan pupuk Urea, dicampur dengan VETERNA dan NASA sebagai zat pengurai, suplemen mineral, hormon pertumbuhan dan pengurang bau kotoran). Banyaknya makanan yang diberikan kurang lebih 10 % dari berat badan sapi dan pakan sandingan berupa serat jerami kering yang sudah difermentasi dan hijauan.
13) Pakan pokok (comboran) diupayakan oleh manajemen dan diolah secara kolektif dalam satu kelompok dan didistribusikan kepada anggota kelompoknya masing-masing.
14) Peternak anggota berkewajiban menjaga dan merawat sapi-sapi tersebut agar sanantiasa dalam pertumbuhan dan kesehatan yang stabil. Juga mengupayakan pakan berserat berupa jerami kering dan hijauan sebagai salah satu bahan pakan ternak tersebut.
15) Setiap kelompok harus menyelenggarakan kegiatan administrasi yang tertib dan terkontrol serta diakhir periode ketua kelompok harus membuat laporan kegiatan dan keuangan.
16) Selama masa penggemukan tersebut hewan-hewan ternak tadi akan dikontrol secara berkala sesuai kebutuhan, sedikitnya 1 bulan sekali. Kontrol dilakukan untuk mengukur kesehatan dan tingkat pertumbuhan sapi agar tetap dalam grafik pertumbuhan sesuai program. Kontrol akan dilakukan oleh seorang dokter/mantri hewan yang ditunjuk.
17) Setelah sapi mencapai berat ideal dengan harga tawar tertinggi sapi akan dijual melalui pihak manajemen bersama-sama dengan kelompok.
18) Pendapatan penjualan kemudian dikurangi oleh harga pokok produksi selama proses penggemukan berlangsung. Selanjutnya harga pokok produksi dipergunakan untuk dibelikan lagi sapi yang akan dilakukan proses penggemukan periode II, begitu seterusnya.
19) Harga penjualan setelah dikurangi modal dan biaya produksi menjadi laba kotor. Laba kotor akan dikurangi:
- Biaya prestasi untuk manajemen 10%
- Dana Cadangan resiko 5%
- Zakat 2,5 %
20) Laba Kotor setelah dikurangi biaya prestasi, dana cadangan resiko dan zakat menjadi laba bersih yang dibagi 50 % untuk peternak dan 50 % untuk investor/pemilik modal.
21) Laba bersih yang diterima peternak dikurangi untuk tabungan anggota minimal 10% dan kas kelompok sesuai kesepakatan kelompok. Maksud tabungan anggota dimaksudkan untuk persiapan pembelian sapi atas nama anggota sehingga pada saatnya petani secara mandiri memiliki sapi sendiri.
22) Manfaat lain yang dikelola adalah kotoran hewan padat dan cair. Pengelolaan kotoran sapi dilakukan secara kering sehingga kandang terpelihara kebersihannya dan meminimalisasi pencemaran. Kotoran padat akan langsung diwadahi dalam kantung-kantung bagor dan kotoran cair (kencing) akan ditampung dalam bak yang siap diolah untuk biogas dan pupuk siram. Pengelolaan limbah kotoran sapi akan bernilai ekonomis yang dapat dijadikan sumber tambahan kas bagi kelompok untuk biaya pemeliharaan kandang dan kegiatan rutin kelompok.
23) Monitoring terhadap pelaksanaan operasional meliputi, tatalaksana pemeliharaan, pemberian pakan, kesehatan sapi, cek bobot ternak dan penjualan dilakukan langsung oleh pihak manajemen/penanggung jawab operasional secara rutin dan berkala.
24) Pertemuan rutin guna membahas prospek usaha dan pembinaan serta untuk menjalin komunikasi kepada anggota dilaksanakan secara rutin berkala.

VI. LOKASI USAHA
Pada tahap pertama, usaha dan kandang akan dibangun di atas tanah milik Bapak Jatiyono, Rt.04 RW.05 dusun Mejing Wetan Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Yogyakarta seluas 550 m² dan di atas tanah milik Bapak Nano, Rt. 04 RW.05 dusun Mejing Wetan Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Yogyakarta seluas 700 m².

VII. STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Struktur organisasi dan personalia usaha ini adalah:
Penasehat/Pengarah : 1. Ka.Dinas Peternakan Kab.Sleman
2. Camat Gamping
3. PPL Bidang Peternakan Kec. Gamping
Penanggung Jawab : 1. Kepala Desa Ambarketawang
Kewilayahan/Pemerintahan
2. Kepala Dusun Mejing Wetan

3. Ketua RT 01- Ketua RT 09 Mejing Wetan
Penanggung Jawab Operasional Lapangan :
Manager : Agus Prajitno, S.SiT., M.Eng.
Staff Keuangan : Susilo Priyono, STP., MM.
Staff Kesehatan Hewan : Mantri Hewan Dinas Peternakan Kab. Sleman
Staff Pemasaran : Mitra Pasar terdiri dari Tim Pentaksir harga sapi dan Rumah potong sapi
Kelompok I “MEKAR” (Menunggaling Karso Amrih Rahayu):
Ketua : Bapak Prastowo Raharjo /Sukirno
Sekretaris : Bapak Sugito
Bendahara : Bapak Hendariyanto
Anggota : 1. Bapak Suyadi
2. Bapak Dwijo Prayitno
3. Bapak Endi Gunawan
4. Bapak Samijo
5. Bapak Tri Nugroho
6. Bapak Kaswanto
7. Bapak Tri Hartono
8. Bapak Antok Sutopo
9. Bapak R. Novi Yuda Kusuma
10. Bapak Tri Subadi
11. Bapak Sulistanto
12. Bapak Setyo Marwoto
13. Bapak Krisbintoro
14. Bapak Rustam Aji
15. Bapak Iswantoro
16. Bapak Sugiyono
17. Bapak Ngadiono
Kelompok II : Dalam perencanaan
Kelompok III : Dalam perencanaan